h1

FAKTOR KULTUR ORGANISASI, MANAJEMEN, STRATEGIK, KEUANGAN, DAN AUDITOR TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI

August 20, 2009

Definisi kecurangan (fraud)
Yang dimaksud dengan kecurangan (fraud) sangat luas, Arens and Loebbecke (1997) menyatakan, “ fraud occurs when a misstatement is made and there is both the knowledge of its falsity and the intent to deceive”. Levy (1985) menyatakan, “ fraud is an intentional deception, misappropriation of a company’s assets or the manipulation of its financial data to the advavantage of the preparatory, the organization, or a third party.”
Kecurangan akuntansi
Taylor dan Glezen (1997) memberikan definisi dari kecurangan pelaporan keuangan, yaitu: “intentional or reckless conduct, whether act or omission, that results in materially misleading financial statements looks better than they really are.” Pelaporan keuangan yang mengandung unsur kecurangan dapat mengakibatkan turunnya integritas informasi keuangan dan dapat mempengaruhi berbagai pihak seperti pemilik, kreditur, karyawan, auditor, dan bahkan kompetitor. Kecurangan pelaporan keuangan sering digunakan oleh perusahaan yang mengalami krisis finansial dan yang dimotivasi oleh oportunisme yang salah arah (misguided opportunism).
Schilit (1993:191) mengidentifikasi tujuh kategori besar shenanigans (istilah lain kecurangan pelaporan keuangan) antara lain : “(1) recording revenue before it is earned, (2) creating fictitious income, (3) boosting profits with nonrecurring transactions, (4) shifting current expenses to a latter period, (5) failing to record or disclosure liabilities, (6) shifting current income to a later period, and (7) shifting future expenses to an earlier period.”
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI, 2001) menjelaskan kecurangan akuntansi sebagai: (1) Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan yaitu salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabuhi pemakai laporan keuangan, (2) Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva (seringkali disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan) berkaitan dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
A. Faktor Kultur Organisasi
1. Transaksi dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa
Direksi dan manajemen mempunyai akses ke informasi pemilik, maka ada kemungkinan adanya konflik kepetingan (conlict of interest) saat dewan direksi dan manajemen menggunakan hak istimewa mereka dalam melakukan transaksi dengan perusahaan. Auditor melihat adanya konflik kepentingan antara perusahaan dan pegawainya sebagai potensi kecurangan akuntansi (Loebbecke et al. 1989). Non-arm’s length transactions mudah disalahgunakan karena ada kemungkinan transaksi tersebut tidak dilakukan pada fair value, Skinner (1987). Grove dan Sorensen (1980), Geriesh (2003) menemukan bahwa perusahaan yang terlibat dalam kecurangan akuntansi sering melakukan transaksi dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa.
2. Pendiri perusahaan (founders)
“ The attitude, culture, and tone of an organization starts at the top,” (Bernard 1938). Tujuan perusahaan yang ditentukan oleh CEO menetapkan filosofi perusahaan. Sikap dan perilaku dari pendiri perusahaan membentuk kultur organisasi. Pendiri perusahaan (founders) mempunyai komitmen yang lebih kuat terhadap perusahaan dibandingkan dengan yang lainnya. Komitmen yang kuat ini memungkinkan pendiri perusahaan (founders) bersedia melakukan apa saja untuk keberlangsungan perusahaan termasuk melakukan tindakan illegal/ menyimpang.
3. Akuntan professional
Adanya akuntan professional dalam suatu perusahaan dapat mendorong perusahaan tersebut untuk menyesuaikan kultur organisasi dengan standar perilaku akuntansi yang dapat diterima dalam kode etik akuntan, (Geriesh, 2003). Geriesh (2003) juga menemukan bahwa keberadaan akuntan profesional dalam dewan direksi maupun manajemen senior berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
B. Faktor manajerial
1. Usia CEO
Hambrick and Mason (1984) menyatakan bahwa eksekutif yang lebih muda memiliki kecenderungan untuk menggunakan strategi yang lebih berisiko, “follies of youth”. Mereka juga menyatakan bahwa eksekutif yang lebih tua cenderung lebih konservatif. Markoczy (1997) menjelaskan bahwa manajer yang tergolong muda lebih suka mengambil keputusan yang berisiko . Manipulasi laba yang merupakan salah satu bentuk dari kecurangan akuntansi sangat berisiko bagi semua pihak yang terlibat. Manajer muda lebih mempunyai kecenderungan untuk mengambil risiko tersebut, (Troy, 2003). Troy (2003), menemukan bahwa usia CEO berpengaruh terhadap tindakan kecurangan akuntansi.
2. Pendidikan CEO (CEOMBA)
Chandy (1991), melaporkan bahwa sebagian besar CEO memiliki gelar MBA. Namun ada bukti-bukti yang mengatakan bahwa seseorang dengan latar belakang pendidikan MBA mengalami penurunan dalam pengembangan moral, (Daboub et al. 1995). Daboub et al. (1995) juga menyatakan bahwa pendidikan MBA meningkatkan perilaku mementingkan diri sendiri (self-interested behaviour) yang dapat menimbulkan kerugian bagi pihak lain. Troy (2003) menyimpulkan bahwa CEO dengan latar belakang pendidikan MBA mempunyai kecenderungan untuk melakukan tindakan illegal/ menyimpang.
C. Faktor strategi akuisisi
Strategi akuisisi dapat didefinisikan sebagai pengembangkan bisnis melalui proses akuisisi, Mascarenhas et al. (2002). Pertumbuhan perusahaan melalui proses akuisisi membuat perusahaan menjadi lebih komlpleks dengan beragamnya jenis bisnis yang dijalaninya. Hal ini akan mempersulit proses manajemen dan pengawasan di perusahaan sehingga pengendalian internal akan menjadi tidak efektif. Dengan begitu akan timbul kesempatan untuk melakukan tindakan illegal atau menyimpang, Daboub et al. (1995).
D. Faktor keuangan
1. Financial Leverage
Christie (1990) mengatakan bahwa leverage memiliki korelasi positif dengan kecenderungan perusahaan untuk melakukan manipulasi laba. Pernyataan dari Christie (1990) tersebut didukung oleh Jones (2004) yang menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi tidak lagi menggunakan pinjaman sebagai sumber dananya dan akan beralih ke equity financing. Oleh karena itu, perusahaan tersebut harus memiliki kinerja yang baik dan laba yang tinggi untuk menarik calon investor. Hal ini akan menciptakan motivasi untuk melakukan manipulasi laba. Persons (1995) menyatakan bahwa Financial Leverage berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
2. Komposisi aset (Asset Composition)
Komposisi aset meliputi Current Assets/ Total Assets (CATA), Receivables/ Total Assets (RVTA), dan Inventory/ Total Assets (IVTA). Hasil Penyelidikan pada laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang melakukan kecurangan akuntansi menunjukkan bahwa aktiva perusahaan tersebut didominasi oleh aktiva lancarnya yang sebagian besar terdiri dari piutang dan persediaan (Persons, 1995). Feroz et al. (1991) menyatakan bahwa 75% perusahaan yang melakukan kecurangan akuntansi melakukan overstatements dari Piutang usahanya (Receivables) dan persediaannya (Inventory). Persons (1995) menyatakan bahwa besarnya komposisi aktiva lancar khusunya piutang dan persediaan dalam aktiva perusahaan berpengaruh secara positif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Maka melalui penelitian ini dapat diambil kesimpulan:
Hipotesis kedelapan (H8): Perusahaan yang memiliki nilai CATA, RVTA, dan IVTA yang tinggi memiliki kecenderungan untuk melakukan kecurangan akuntansi.
3. Skala perusahaan (Size):
Skala perusahaan dinyatakan dalam logaritma natural dari nilai buku dari total aset pada akhir tahun fiskal. Feroz et al. (1991) menyatakan bahwa sebagian besar perusahaan yang menjadi subjek dari AAER yang dikeluarkan oleh SEC adalah perusahaan yang berskala relative kecil. Persons (1995) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh secara negatif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Maka melalui penelitian ini dapat diambil kesimpulan:
Hipotesis kesembilan (H9): Perusahaan yang berskala kecil memiliki kecenderungan untuk melakukan kecurangan akuntansi.
4. Capital Turnover:
Persons (1995) menyatakan bahwa Capital turnover mengukur kemampuan manajemen dalam menghadapi persaingan usaha. Persons (1995) juga menyatakan bahwa manajer dari perusahaan yang melakukan kecurangan biasanya kurang bisa bersaing dibandingkan dengan manajer perusahaan yang tidak melakukan kecurangan dalam memanfaatkan aset perusahaan untuk menghasilkan pendapatan. Hal ini memberikan insentif bagi manajer tersebut untuk melakukan kecurangan akuntansi. Beneish, (1997) berargumen bahwa kinerja perusahaan yang buruk mendorong perusahaan untuk melakukan kecurangan akuntansi. Persons (1995) menemukan bahwa semakin rendah capital turnover suat perusahaan, maka akan semakin besar kecenderungan perusahaan tersebut untuk melakukan kecurangan laporan keuangan/ akuntansi.
E. Faktor Auditor
1. Opini Auditor
“The auditor has a responsibility to plan and perform the audit to obtain reasonable assurance about whether the financial statements are free of material misstatement, whether caused by error or fraud,” (SAS 82). Kecurangan akuntansi yang material dapat mempengaruhi opini yang diberikan oleh auditor. Investor harus waspada saat perusahaan diberikan opini audit selain unqualified (qualified, disclaimer, dan adverse). Opini audit selain unqualified merupakan suatu indikator terjadinya kecurangan akuntansi, Matt Krantz (USA Today, Mei 2007).
2. Jenis KAP
Nichols dan Smith (1983) menemukan bahwa Kantor Akuntan Publik (KAP) yang besar memberikan kualitas audit yang lebih tinggi dibandingkan dengan KAP yang lebih kecil. Kualitas audit yang lebih tinggi dari KAP besar memperbesar risiko terungkapnya kecurangan akuntansi. Hal ini menimbulkan suatu dugaan bahwa perusahaan yang melakukan kecurangan akuntansi akan menghindari penggunaan jasa audit dari KAP besar dengan pertimbangan risiko terungkapnya kecurangan tersebut. Palmrose (1988) menemukan bahwa kasus kecurangan lebih jarang terjadi pada perusahaan yang menggunakan jasa KAP yang masuk dalam kelompok The Big Six.

2 comments

  1. maap mw numpang tanya ni,,klw manajemen laba itu termasuk kecurangan akuntansi bukan? ditunggu reply bwt jawabanny ya..
    makasi byk sblmny..


  2. boleh tau gak siapa penulisnya, mau dijadikan refernsi di usulan thesis. Trims ya



Leave a reply to niken nurwandani Cancel reply